Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui Kantor Layanan Teknis (KLT) Sumatera Selatan melangsungkan Talkshow “Untuk Apa Belajar Standar?” bekerjasama dengan Universitas Sriwijaya pada kamis (30/7/2020). Talkshow yang diselenggarakan secara online ini diikuti oleh mahasiswa serta berbagai pemangku kepentingan lain di seluruh Indonesia.

BSN mendorong standardisasi untuk masuk kedalam kampus karena nantinya mahasiswa akan bertemu dengan standar ketika masuk ke dunia kerja. “Setelah uang, standar adalah bahasa universal kedua dalam perdagangan. Kemudian, mutu barang adalah mutu versi bersama, kesepakatan bersama antar berbagai pihak, baik penjual, pembeli, pemerintah maupun pakar-pakar. Itulah yang disebut standar,” jelas Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kerja Sama, dan Layanan Informasi BSN, Zul Amri saat membuka acara.

Zul mengungkapkan bahwa hingga saat ini, ada 66 kampus yang sudah mengadopsi standardisasi, dan sebagian diantaranya sudah masuk ke dalam kurikulum perkuliahan.

Dekan FMIPA Universitas Sriwijaya, Ishkaq Iskandar, mengatakan selain penting dalam keilmuan, standar juga penting dalam implementasi di industri. “Harapan kita lulusan fakultas mipa paham tentang standardisasi dan manajemen. Mudah-mudahan muncul ide-ide baru dan mahasiswa paham tentang apa itu standardisasi dan penilaian kesesuaian.” tuturnya. Saat ini, kampus-kampus sedang merestrukturisasi kurikulum dalam rangka mewujudkan kampus merdeka. Salah satunya dengan menciptakan lulusan yang paham tentang standardisasi dan manajemen laboratorium. “Kerja sama BSN dengan perguruan tinggi sangat membantu tujuan ini,” Ungkap Iskhaq.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Subbagian Kerja Sama Luar Negeri BSN, Ike Permatasari, menyampaikan bahwa standardisasi digunakan agar produk-produk Indonesia dapat diterima di negara-negara tujuan ekspor. Peranan kerja sama luar negeri dalam hal ini ada pada diplomasi untuk keberterimaan sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian. Hal ini terlaksana baik melalui penandatanganan nota kesepahaman maupun dengan menjadi anggota organisasi internasional. Indonesia saat ini aktif dalam 13 keanggotaan organisasi luar negeri di bidang standar, baik regional maupun internasional, Diantaranya ISO, IEC, CAC, SMIIC, IAF, ILAC, ICEE, PIPM, APMP, APAC, ACCSQ, APECSCSC, dan PASC. BSN menjabat sebagai sekretaris PASC per 2020-2022.

Tiga pilar kualitas menurut memiliki UU No. 20 Tahun 2014 adalah standardisasi, penilaian kesesuaian dan metrologi. Untuk membuktikan pemenuhan persyaratan/kriteria dalam standar, diperlukan penilaian kesesuaian. Sedangkan untuk memastikan bahwa yang melakukan penilaian kesesuaian memiliki kompetensi, Lembaga Akreditasilah yang menilainya. Kemudian, metrologi berperan memastikan ketertelusuran, bahwa hasil penilaian kesesuaian sudah tepat, menggunakan satuan yang tepat, dan dapat ditelurusi ke standar internasional.

“Dalam usaha memperkecil celah antara standar negara tujuan ekspor dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), BSN melakukan harmonisasi SNI dengan standar internasional. Tujuannya untuk memperbesar keberterimaan SNI, sehingga negara tujuan ekspor dapat menerimanya,” tukas Ike.

Ike menambahkan bahwa standardisasi dan penilaian kesesuaian juga berperan sebagai katalis pembagunan berkelanjutan. Kriteria-kriteria yang ada dalam standar mempermudah pemenuhan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan pada masa sekarang dapat memberi ruang bagi generasi berikutnya untuk terus melakukan pengembangan.

Sementara itu, Mahasiswa Master jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung, Muhammad Fadhil R. Martha, menyampaikan tentang peranan standar dalam pendidikan yang dijalaninya. Selain untuk dipelajari di dalam kelas, standar juga digunakan untuk kebutuhan penelitian. Salah satunya penggunaan metode standar dalam publikasi ilmiah. Sedangkan dalam bidang industri, standar merupakan persyaratan wajib. Standar menjadi penting bagi tenaga laboratorium. “Mempelajari SNI dapat menjadi starting point untuk mempelajari standar-standar lain yang dapat berguna di masa depan.” Ungkap Fadhil.

Fadhil juga mengungkapkan peranan e-learning BSN dalam pembelajaran standardisasi. Selain mendapatkan informasi, Fadhil juga bisa mendapatkan sertifikasi kompetensi. Sertifikat-sertifikat e-learning yang ia dapatkan bisa menjadi bukti kompetensi. “Untuk belajar standar sebetuknya tidak sulit, terutama sekarang dengan adanya media informasi.” Kata Fadhil.

Manajer Laboratorium PT. Pusri Palembang, Muhammad Muslim, dalam talkshow mengungkap bahwa PT. Pusri Palembang menerapkan 15 standar sistem manajemen. Setiap tahunnya sejak tahun 2015, PT. Pusri terus meraih SNI Award kategori industri besar. PT. Pusri menganggap standar sangat penting dan terus berkomitmen terhadap penerapan standar. “Standar membantu kita bersaing, membantu kita melaksanakan seluruh proses bisnis di PT. Pusri,” ungkap Muslim. Peran penting standar dalam proses bisnis PT. Pusri diantaranya untuk memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan, menjaga konsistensi produk, continuous improvement di semua lini, dan sebagai penuntun untuk mencapai tujuan-tujuan. Manfaat praktisnya, PT. Pusri dapat membuat laporan persaingan yang selaras untuk semua kompetitor pada suatu pasar. Bagi konsumennya, standar dapat menjamin kualitas terbaik. Bagi perorangan, standar menjamin mesin/alat/jasa yang digunakan aman.

Muslim menambahkan bahwa selain penting, standar itu juga menarik. “Standar itu asyik. Banyak sekali ilmu yang bisa kita selami dalam standardisasi,” kemudian “Kita tidak cukup melakukan sesuatu yang benar, tapi juga harus sesuai dengan standar.” Tutupnya.

Sementara itu, Sekretariat dan Assesor Komite Akreditasi Nasional (KAN), Winarti K. Putri dalam talkshow menjelaskan bahwa Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) memberikan sertifikasi SNI dengan merekomendasikan pelaku usaha untuk menguji produk di laboratorium yang telah terakreditasi oleh KAN.

Dosen Standardisasi FMIPA Universitas Sriwijaya, Suheryanto, mengatakan bahwa standar menentukan mutu baik dalam sistem, proses, produk, maupun personal. Penerapan SNI meningkatkan kualitas produksi dan pendapatan perusahaan. Meski standar diperlukan di dalam berbagai aspek kehidupan dan di berbagai bidang ilmu, tidak semua pengajar di perguruan tinggi menyadari bahwa yang diajarkannya adalah sebuah standar. Untuk itu, BSN ada untuk memformalkan adanya standardisasi.

Acara yang dipandu oleh dua MC, Reza dan Rere ini berlangsung hangat dengan kuis-kuis online berhadiah. Selain melalui aplikasi Zoom, talkshow juga disiarkan secara langsung melalui laman Youtube BSN. (put – Humas)