Terbitnya Buku Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Berbasis SNI ISO 45001:2018 pada tahun 2019 menjadi oase di tengah kelangkaan informasi mengenai panduan lengkap SMK3 di pasaran. Buku yang diterbitkan setelah ditetapkannya SNI ISO 45001:2018 pada 12 Maret 2018 ini ditulis oleh 3 Penulis. Adapun ISO 45001 adalah standar yang diadopsi secara identik oleh BSN menjadi SNI ISO 45001:2018.
Standar ini adalah standar generik yang dapat diterapkan oleh berbagai jenis organisasi, yang mana prinsip-prinsip Plan, Do, Check, Action (PDCA) menjadi basis disusunnya standar ini. “Harapannya buku ini dapat dimanfaatkan oleh perguruan tinggi, lembaga sertifikasi SMK3 yang sangat relevan untuk kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK) yang dilakukan, industri serta masyarakat umum yang berminat mempelajari SMK3”. Buku ini disusun oleh Bapak Masjuli, kemudian Tenaga Ahli SMK3 sekaligus Dosen Pengajar K3 di Perguruan Tinggi Vokasi, Bapak Amri Abu Kasim, serta Asesor Komite Akreditasi Nasional untuk berbagai Sistem Manajemen, Mas Awan Taufani.” Tutur Kepala Badan Standardisasi Nasional, Kukuh S. Achmad saat memberikan sambutan pembuka di acara webinar Mengupas Buku Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berbasis SNI ISO 45001:2018, pada Kamis (13/08/2020).
“Buku ini juga dapat dipelajari melalui e-learning secara gratis, dengan mengakses fitur e-learning SPK BSN” lanjutnya, kemudian beberapa Perguruan Tinggi telah memiliki Program Studi (Prodi) bidang K3, beberapa diantaranya adalah Prodi D4 K3 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Solo; Prodi D4 K3 Universitas Balikpapan; Prodi D4 K3 Stikes Binawan; Prodi D4 K3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya; Prodi D4 K3 Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo; Prodi D3 Fire and Safety Akademi Minyak dan Gas Balongan, Indramayu; Prodi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja UNS; Prodi D3 K3 Universitas Airlangga; Institut Medika Drg. Suherman, Universitas Nahdlatul Ulama, Surabaya; Stikes Bhakti Mandala Husada di Slawi ; Hiperkes dan Keselamatan Kerja STIKES Indonesia di Padang; Hiperkes dan Keselamatan Kerja Akademi Hiperkes di Makassar; K3 Poltekkes di Malang. Adapun, peminatan K3 di tingkat S1 di bawah Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat terdapat diantaranya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; UPN – Jakarta; Universitas Indonesia; Universitas Jenderal Soedirman; Universitas Diponegoro; serta Universitas Negeri Semarang. Peminatan K3 di tingkat S2 saat ini terdapat di Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada.
Bagi organisasi atau perusahaan, buku ini penting untuk memandu bagaimana menerapkan SNI ISO 45001:2018 yang telah diharmonisasikan dengan standar internasional. Sebelum ISO 45001 terbit, dunia menggunakan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) OHSAS 18001:2007. Kemudian, ISO 45001:2018 diadopsi menjadi SNI ISO 45001:2018. Dalam penerapannya di Indonesia harus mematuhi peraturan sesuai PP 50 Tahun 2012 tentang SMK3.
SNI ISO 45001:2018 tentu memberikan banyak manfaat diantaranya “Menciptakan budaya K3, menurunkan angka pergantian pekerja, menurunkan biaya seperti premi asuransi, meningkatkan komitmen kepemimpinan dan reputasi organisasi, fokus pencegahan masalah yang lebih efektif daripada deteksi masalah itu sendiri, dan lain-lain. Pada masa pandemi seperti saat ini dimana kesehatan lingkungan kerja menjadi prioritas yang harus dipenuhi sehingga tercipta lingkungan kerja yang sehat dan aman.” Tutup Kukuh.
Dalam kesempatan ini, Tenaga Ahli SMK3 dan Dosen Politeknik AKAMIGAS Balongan, sekaligus Penulis Utama Buku Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berbasis SNI ISO 45001:2018, Masjuli turut hadir dan memaparkan secara ringkas tentang bukunya.
Berbagai rujukan mendasari isi dari buku yang terbit di tahun 2019 ini, beberapa diantaranya adalah SNI ISO 45001, Trace International, draft ISO 45002, juga pengalaman riil lapangan dari penulis. Tujuan ditulisnya buku ini adalah untuk menerjemahkan ISO 45001:2018 untuk konteks perusahaan dan akademisi serta semua pihak di Indonesia, kemudian untuk memberikan tuntunan praktis dalam penerapan, serta memberikan landasan teori dalam pembahasan dan kajian.
Masjuli mengatakan, bahwa pengalaman riil di lapangan sangat relevan dituangkan dalam buku untuk membangun konteks organisasi, contohnya adalah adanya kembang api saat malam tahun baru yang dapat memicu kebakaran di area kerja, hal ini dikenal dengan risiko eksternal. Dari sisi internal, akan menjadi risiko apabila tidak ada sistem pemadaman api yang siap digunakan ketika kebakaran terjadi. Lebih lanjut, Masjuli menjelaskan “Semua pekerja harus memberikan partisipasi agar SMK3 dapat berjalan dengan baik.”
“Perencanaan adalah inti SMK3 karena berkaitan dengan tindakan untuk mengatasi risiko dan memanfaatkan peluang, serta sasaran K3 dan perencanaan untuk mencapainya. Kemudian, selengkap apapun, jika tidak pandai mengkomunikasikan maka SMK3 tidak jalan.” Saat ini, dengan mengikuti perkembangan terkait pendokumentasian informasi sudah memanfaatkan fasilitas digital. Lanjutnya.
Tidak kalah penting, evaluasi kinerja yang terdiri dari pemantauan, pengukuran, analisis, evaluasi, audit internal, serta tinjauan manajemen dapat memanfaatkan tools seperti balance score card dan penetapan KPI yang perlu dilaksanakan, dilengkapi dengan perbaikan berkelanjutan. Masjuli menambahkan.
Kedepannya perlu kontribusi dari para pakar K3 Indonesia berkaitan dengan pengalaman maupun pengayaan informasi terdokumentasi terkait SMK3. Tutupnya.
Selanjutnya, Direktur Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi BSN, Triningsih Herlinawati menyampaikan materi tentang skema akreditasi dan sertifikasi SNI ISO 45001:2018 dan keterkaitan dengan PP No. 50 Tahun 2012. “BSN melakukan koordinasi kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuian (SPK), akreditasi yang menjadi bagian dari SPK dilaksanakan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)” Tutur Triningsih saat membuka presentasinya.
Skema akreditasi SNI ISO 45001 adalah salah satu layanan akreditasi KAN diantara 32 layanan akreditasi KAN lainnya. Berkaitan dengan skema akreditasi, KAN memastikan kompetensi lembaga sertifikasi, dimana BSN mengembangkan standar serta berkoordinasi dengan Kementerian / Lembaga lainnya terkait penerapan standarnya. Kemudian, penerapan SMK3 berdasarkan PP 50 Tahun 2012 adalah bersifat wajib oleh Kementerian Tenaga Kerja, dimana ISO 45001 akan menggantikan OHSAS 18001 di tingkat internasional, karena dikenalnya standar ISO untuk fasilitasi perdagangan internasional.
Triningsih melanjutkan, “Untuk posisi saat ini, PP No. 50 Tahun 2012 masih bersifat wajib, sementara SNI ISO 45001 masih bersifat sukarela. Menyesuaikan dengan kondisi persyaratan atau regulasi yang berlaku di negara setempat.” “SNI ISO adalah standar Sistem Manajemen K3 yang berlaku secara internasional, sedangkan SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 regulasi berlaku secara nasional dan merupakan perundangan yang dibuat Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia.”
Terkait migrasi penggunaan OHSAS 18001:2017 ke ISO 45001:2018 adalah pada 13 Maret 2021. Lebih lanjut, terkait penentuan kompetensi, Lembaga Serifikasi harus menerapkan persyaratan internasional, upgrade informasi Dokumen Pendukung Lembaga Sertifikasi, juga dengan adanya perkembangan di tahun 2020 ini, terdapat beberapa perubahan yang intinya adalah improvement persyaratan tambahan lembaga sertifikasi SMK3 yaitu memiliki satu klien tersertifikasi OHSAS 18001:2017 atau memiliki satu klien tersertifikasi SMK3 berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012, yang pada intinya adalah lembaga sertikasi harus memiliki pengalaman mensertifikasi SMK3.
Untuk memberikan penjelasan mengenai pemanfaatan buku SMK3 berbasis SNI ISO 45001:2018 bagi pembelajaran K3 di perguruan tinggi, Koordinator Program Studi D3 K3 Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, Erwin Dyah Nawawinetu memaparkannya. “Universitas Airlangga memberikan materi tentang SMK3 di semester 5 di Prodi D3 K3 Fakultas Vokasi” Buka Erwin Dyah Nawawinetu.
Buku SMK3 berbasis SNI ISO 45001:2018 digunakan sebagai referensi wajib sebagai suplemen referensi yang udah ada, kemudian pada edisi-edisi selanjutnya, Erwin Dyah mengharapkan penggunaan bahasa yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami bagi mahasiswa juga pembaca buku secara umum.
Webinar yang dimoderatori oleh Kepala Pusat Riset dan Pengembangan SDM BSN, Yopi ini berjalan secara interaktif yang memfasilitasi tanya-jawab antara narasumber dengan para peserta. Selain itu, webinar tersebut masih dapat disaksikan di akun YouTube BSN_SNI juga Facebook Badan Standardisasi Nasional. (PjA – Humas)